Rabu, 19 November 2014 |
0
komentar
Dulu
ketika Islam disebut maka siapapun yang mendengar akan langsung berkata “woowww,, hebat, kotanya
maju, ilmuwannya banyak, sistem pemerintahannya mantap.
Kini ketika Islam disebut maka
kebanyakan yang terpikir adalah teroris, bodoh, tertinggal, dan sederet stigma
negative lainnya.
Banyak yang menganggap bahwa kejayaan umat Islam
hanyalah romantisme sejarah. Ok, tidak ada masalah. Yang jelasnya, saat ini
tugas kita adalah ambil bagian untuk bergerak melawan musuh Islam dan
menyadarkan kaum muslim akan kekeliruannya. Hingga Islam kembali berjaya dalam
naungan Khilafah Islamiyah sesuai bisyarah Rasululah Muhammad SAW.
Awalnya saya pun tak pernah tahu bahwa
ada suatu masa dimana kejayaan Islam meliputi 2/3 dunia selama 13 abad atau
1300 tahun. Silau sensai dunia barat membuat saya selalu berdecak kagum,
terlebih setiap penemu dalam buku pelajaran pasti non muslim. Padahal peradaban
itu baru beberapa saat saja. Hingga akhirnya saya seolah menemukan Islam
melalui ceramah dan buku-buku karya Ust. Felix Y Siauw.
Dalam sebuah ceramahnya, ia mengatakan
bahwa setelah beberapa tahun menjadi muslim ia menemukan sebab kemunduran umat
Islam saat ini yaitu umat Islam telah jauh menyimpang dari Al-Quran sebagai
sumber aturan hidup dari sang pencipta.
Pada masa kejayaan Islam, semua hal
berdasarkan pada Al-Quran. Pada masa itu system pemerintahannya dikenal dengan
sebutan Khilafah. Sebuah system pemerintahan yang memberikan kesejahteraan pada
semua rakyatanya. Bukan hanya muslim namun juga non muslim. Para Imuwan
kebanyakan adalah penghafal Quran. Ilmuwan-ilmuwan inilah yang menjadi rujukan
ilmuwan setelahnya yaitu ilmuwan barat. Pada masa inilah sebuah peradaban
gemilang lahir.
“koq tidak ada dalam pelajaran
sejarah??”
Hmmpp… kurikulum saat ini, kebanyakan
disusun oleh ilmuwan-ilmuwan non muslim tadi. Daaaaaaaaann mereka menutup rapat
celah untuk mengakses agungnya peradaban Islam pada masa itu. Tapi tenang saja,
kini telah banyak ilmuwan muslim yang sedikit demi sedikit membuka tabir ini.
Bahkan banyak ilmuwan yang dulunya tak mengenal Islam, kini menjadi muallaf.
Ilmu yang mereka miliki telah menghantarkan mereka menemukan cahaya keagungan
Islam. Decak kagum akan kesesuain Al-Quran dan penemuan-penemuan terkini
menjadi hal tak terbantahkan lagi. Inilah bukti kesesuaian antara Islam dan
ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan pandangan dunia
Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang
’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek
untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang
amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat
kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin).
Ada lebih dari 800 ayat dalam
Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap
berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada
Allah. Yang paling terkenal adalah ayat:
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)
“Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.
Mujadillah [58]: 11 )
Bagi umat Islam, kedua-duanya
adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-Mahakuasa-an dan Keagungan
Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau transmited
knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat,
Zabur, Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena,
prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan
direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin
mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah
swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala
eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu
sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang
koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.
Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt
menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam
tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran
agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan
syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan
riset-riset ilmiah.
Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan
buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya
sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima
atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku
bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti
Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,
Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.
Islam, sebagai agama penyempurna
dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk
mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam
semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
“Iya juga sich, tapi koq media-media
jarang mengekspos hal ini??”
Yupzzzz,, musuh-musuh Islam memang
lagi gencar-gencarnya membodohi umat Islam sehingga mereka menjaga jarak dengan
ajaran agama yang mulia ini. Tak terhitung lagi jumlah remaja Islam yang lebih
memeilih menonton film Hollywood dibanding mengikuti pengajian. Tidak usah ditanya berapa jumlah lagu pop,
rock, dangdut yang mereka hafal. Jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Coba
bandingkan dengan jumlah ayat Al-Quran yang mereka hafal. Inilah propaganda
mereka yang telah lama diingatkan dalam Al-Quran.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang (ridha) kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS.
Al-Baqarah [2] : 120).
Inilah
yang dikenal dengan istilah ghozul fikri atau perang pemikiran. Mereka berusaha
memisahkan muslim dari ajaran-ajaran Islam sedikit demi sedikit hingga kita
mengikuti mereka. Bukan lagi dalam artian masuk agama mereka namun mengikuti
gaya hidup mereka.
Untuk
menjauh dari pengaruh ini, sering-seringlah mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sholat tepat waktu, baca Al-Quran dan maknanya, juga amalan-amalan lain. Baca juga
buku-buku Islami karya anak-anak muda. Dijamin bukunya seru dan mengasyikkan.
Supaya lebih mantap, ikutilah kajian-kajian keagamaan.
“Apa??”
“Kajian agama??”
“Seram, itukan kerjaan teroris”.
Keep calm,, untuk masalah kajian ini,
nanti dibahas pada tulisan selanjutnya.
Sumber rujukan :
Ceramah-ceramah Ust. Feix Y Siauw
0 komentar:
Posting Komentar