TAKDIR ATAU PILIHAN?

MUQADDIMAH
Saat ini kita hidup didunia yang bergerak cepat kearah ketdakwarasan sehingga orang-orang yang waras akhirnya dianggap tidak waras hanya karena mereka minoritas. Kita menyaksikan zaman dimana kaum muslim betul-betul telah tercabut dari akarnya sehingga merasa minder dengan agamanya sendiri dan lebih percaya kepada bukan dari kaumnya dibanding dari kaumnya sendiri atau bahkan kepada Allah. Kita berada dalam zaman yang membuat kaum Muslim putus asa dan cenderung menyesuaikan dri dengan keburukan daripada mengubah keburukan itu sendiri.
         Penyesuaian-penyesuaian ini menggerogoti hampir seluruh sendi kehidupan. Sogok menyogok untuk sebuah jabatan menjadi hal yang sangat lumrah. Pacaran menjadi kebiasaan bahkan dianggap sebagai kebutuhan. Cium, peluk itu hal biasa dalam dunia pacaran. Hingga hamil diuar nikah seolah menjadi tradisi sebelum melangsungkan pernikahan. Hampir 75 % pernikahan masa kini diawalai dengan hamil lebih dulu. Semakin ke sini, itu sudah menjadi hal yang dianggap biasa dan mungkin sebentar lagi akan menjadi trend. Rating aborsi tiap tahun semakin meningkat. Begitupun dengan angka percerain, melaju pesat bak anak panah yang lepas dari busurnya. Naudzubillah

FENOMENA
Suatu kali seorang teman tanpa malu-malu, menceritakan tentang cara yang ia tempuh untuk mengeluarkan hasil perbuatannya dengan sang pacar (aborsi). Bukan hanya satu atau dua orang yang mengalami hal ini. Setidaknya ada sekitar 5 kasus yang aku ketahui secara pasti diantara ratusan bahkan ribuan  kasus serupa. Satu kata yang selalu menjadi pembenaran dari keadaan ini yaitu”sudah takdirnya begitu”. Mereka mengatakan bahwa apa yang terjadi pada manusia semua sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Benarkah ini sebuah takdir atau sebuah pilihan?

PEMBAHASAN (dikutip dari buku BEYOND THE INSPIRATION)
Hidup adalah pilihan
         Maka segala sesuatu yag telah terjadi,
         Yang sedang terjadi, dan akan terjadi
Adalah hasil daripada pilihan kita
Hidup ini hanya sebentar, hanya sekali
Hidup seperti apa yang akan kita pilih???

Hidup adalah pilihan merupakan sebuah kata sederhana yang sering didengar dan dibaca namun sedikt yang memahami lalu mengaplikasikannya. Kita akan hidup,  dinilai, dan dihargai sesuai dengan pilihan-pilihan kita, kita akan menjadi seperti apa yang kita pilih dalam setiap segmen dari kehidupan kita. Contoh: orang yang sma-sama memetik gitar akan berbeda harga dan nilanya antara yang berada dipanggung dan dijalanan. Sekilas seolah-olah aktifitasnya sama tetapi sebenarnya pilhan-pilihan yang dibuat secara akumulatif adalah bebeda.
        Ketika membahas hidup adalah pilihan maka bagaimana dengan Takdir dari Allah??
Coba kita jawab dengan pertanyaan pula, “percayakah anda bahwa Allah SWT adalah Dzat yang maha mengetahui? Bila tidak, berarti anda meragukan kemahatahuan Allah SWT. Jika iya, maka coba kita pikirkan ; “ketika Allah SWT menciptakan surga dan neraka apakah dipintunya sudah ada nama-nama yang akan masuk kedalamnya?? Seandainya sudah berarti tidak ada gunanya kita beribadah atau tidak. Pasti banyak yang tidak bisa menjawab dengan dalil.
      Sebagian besar muslim salah paham dengan takdir Allah SWt sehingga muncul pernyataaan-pernyataan yang seolah-olah benar namun tidak ada dasarnya dalam khazanah ilmu Islam. Sebagian dari kaum muslim berpendapat bahwa semua yang dlakukan manusia sudah ditentukan dan ditakdirkan oleh Allah SWT.
    Ada sebuah ilustrasi yang sangat masyhur, adalah seorang pencuri yang tertangkap pada masa pemerintahan Islam sedang jaya-jayanya. Sang pencuri ini tengah diproses oleh seorang hakim. Lalu, si pencuri berkata membela diri “wahai tuan hakim, sungguh tidak pantas tuan menghukum saya”, dia melanjutkan “karena apa yang saya lakukan ini sesungguhnya sudah diketahui oleh Allah dan Allah membiarkannya, dan sesungguhnya Allah lah yang berkehendak atas terjadinya pencurian ini dan kita semua tahu, di lauhul mahfudz sesungguhnya telah tertulis semua aktifitas kita dari mulai dilahirkan sampai kita menemui ajal, termasuk pencurian ini sesungguhnya telah tertulis dkitab tersebut sehingga tidak pantas tuan hakim menjatuhkan hukuman kepada saya karena perbuatan ini bukan karena kehendak saya”.
      Hakim itu berfikir lama tentang persoalan tersebut. Akhirnya setelah lama ia berpikir, dia mengeluarkan keputusan untuk menghukum Si Pencuri itu, “baik, masukkan dia kedalam penjara!” ujarnya.
      Si pencuri protes kepada tuan hakim dengan penjelasannya yang panjang lebar tadi, yang intinya bahwa pencurian itu bukan kehendaknya tetapi kehendak Allah SWT. Atau sudah nasibnya. Sang hakim pun berkata dengan tenang, “sebenarnya saya tidak mau menjatuhkan hukuman kepadamu, namun bagaimana lagi, ini juga kehendak Allah SWT dan telah tertuls juga di lauhul mahfudz.
       Dari ilustrasi diatas, kita dapat menguraikan bahwa kaidah pertama ketika kita membahas tentang takdir adalah tidak boleh mencampuradukkan antara aktivitas Allah dan aktifitas manusia. Dengan kata lain,mereka yang salah menarik Allah yang serba Maha ke ranah manusia yang serba terbatas. Apa yang dimaksud dengan akitifitas Allah? Ia adalah seluruh amal yang dilakuakn oleh Allah dan bersifat ghaib. Aktifitas Allah yang sering dikaitkan dengan takdir biasanya, ada 3 yaitu :
  •  Ilmu Allah, yaitu bahwa Allah mengetahui semua hal yang terjadi baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang
  • Kehendak Allah, yaitu bahwa setiap yang besar dan kecil, yang terjadi dimuka bumi ini semuanya terjadi karena kehendak Allah
  • Lauhul mahfudz, yaitu bahwa setiap yang terjadi sesungguhnya telah tertulis dalam lauhul mahfudz

Pembahasan keliru yang mencampuradukkan antara aktivitas Allah dan manusia ini sering sekali terjadii. Allah adalah Allah, dia adalah khalik (pencipta) bukan makhluk (ciptaan), pencipta bukan yang diciptakan. Oleh karena itu, ia tidak bisa disamakan ataupun dipadankan dengan makhluk. Artinya, Allah SWT, tidaklah terbatas pada hal-hal yang membatsai manusia seperti waktu, tempat,dan materi. Dengan kata lain, aktifitas Allah mustahil untuk dicerna dan dipikirkan oleh manusia yang terbatas dan lemah akalnya. Dengan demikian, didalam peristiwa-peristiwa yang ghaib (yang faktanya tidak dapat kita indera), Allah SWT menegaskan bahwa hanya Dia yang mengetahui semua itu, dan karena itu, dia hanya mewajibkan kita untuk meyakininya bukan untuk memikirkannya. Hal ini sebagaimana tercantum dalam QS Al-An’am (6) : 59, QS Al-Baqarah (2) : 2-3, dan dalam HR ath-Thabrani dan al-Balhaqi dari ibnu Umar, lihat ash-shahihah No. 1788 : berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir pada dzat Allah SWT.

KESIMPULAN
Hidup kita lebih banyak ditentukan oleh pilihan-pilihan yang kita buat. Tak ada paksaan untuk menjadi baik atau buruk. Allah SWT telah mengutus para Rasul dan menurunkan Al-Quran sebagai pedoman untuk memilih yang terbaik. Apa yang kita pilih, maka itulah yang akan menjadi hasil. Contohnya, seseorang yang hamil diluar nikah hampir pasti memilih rangkaian pilihan-pilihan dibawah ini dalam menjalani hidupnya :
  • Memilih untuk menjalani hubungan tanpa komitmen (pacaran)
  • Memilih untuk sering melakukan interaksi dengan orang yang bukan mahramnya
  • Memilih untuk dipegang, dipeluk, dan dicium oleh pacarnya
  • Memilih untuk sering bertemu ditempat-tempat yang khusus untuk berdua
  • Memilih untuk menyerahkan segalanya kepada sang pacar
  • Memilih untuk melanggar aturan Allah SWT

Setelah melihat pilihan-pilihan ini yang sama sekali tak ada hubungannya dengan perintah Allah, maka tak pantas pula jika akumulasi dari pilihannya ini dikatakan takdir Allah. 

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

About Me

Recent Posts

BTricks

BThemes

Download